Karna yang berarti telinga (sebab kata dalang dia lahir melalui telinga) juga biasa dipanggil Baso Karna, Adipati Karna. Selain itu dia juga sering disebut Suryaputra, Suryatmaja atau Surya Atmaja yang berarti anaknya Surya (Batara Surya). Dia mempunyai senjata yang sangat ampuh bernama Kunta Wijayandanu atau Kunta.
Kunta berupa keris / tombak. Senjata ini bisa dipakai sebagai keris seperti saat masih baru (milik dewa) atau bisa juga dipasang di ujung anak panah sebagai senjata panah. Bagaimana Karna memperoleh senjata ampuh & andalan ini, kronologisnya begini.
Alkisah saat itu para dewa merilis senjata baru bernama Kunta dan mau diberikan kepada manusia yang paling berjasa pada para dewa dan prestasi lain juga bagus. Kemudian diumumkan di koran-koran, siapa saja yang mau boleh ikut sayembara guna mendapat Kunta, semacam tender terbukalah. Maka berduyun-duyunlah para manusia membuat proposal ke dewa, baik mencalonkan dirinya sendiri maupun mencalonkan orang lain (seperti proses penentuan pemenang Kalpataru jaman sekarang), tidak terkecuali Arjuna dan Karna. Proposal dilengkapi dengan referensi dari atasan, bawahan, keluarga, tetangga, oraganisasi, dll. Referensi dari pemuka agama juga diperlukan sebagai bukti
Iman ybs kuat, dari
Budayawan juga kalau calon aktif / berjasa di bidang kesenian / olah rasa. Tidak ketinggalan semua piagam / piala
Olah Raga (OR) disertakan, baik OR yang berkeringat yang disebut
sport semacam ping-pong, sepak bola, tangkis bulu, dll. maupun yang tidak sampai berkeringat yang disebut
games seperti bola sodok, karambol, catur, bridge, dll. Kalau bahasa para dalang sih katanya dengan bertapa.
Dari sekian banyak proposal yang masuk maka Arjunalah yang dianggap paling bagus. Panitia yang terdiri dari para dewa itu lantas memanggil semua peserta untuk berkumpul di aula. Batara Narada sebagai ketua panitia segera mengumumkan pemenang yang berhak menerima Kunta. Saat diumumkan itu Arjuna sedang berada toilet, maklum stress berat menunggu pengumuman. Narada yang juga wakil presiden para dewa --dalam rangka membuat kejutan-- segera memanggil orang di depannya yang sangat mirip dengan Arjuna, orang tersebut --yang ternyata Karna-- segera maju dan Narada kemudian menyerahkan Kunta kepadanya, sebab Narada mengira dia Arjuna. Tentu Karna dan kawan-kawannya sangat gembira. Upacara kemudian selesai dan hadirin bubar, termasuk Narada yang segera menuju kendaraan dinasnya untuk kembali ke kantornya.
Syahdan ada seorang wartawan yang terlambat datang ke upacara itu, karena jalan macet akibat sampah bertumpuk di badan jalan. Si wartawan saat berpapasan dengan Narada yang sedang menuju kendaraan tadi bertanya, siapa yang memenangkan tender terbuka tersebut dan dijawab oleh Narada bahwa dialah Arjuna. Ketika ditanyakan alasannya, Narada menjawab bahwa Arjunalah yang paling banyak jasanya ke rakyat, negara dan dewa . Dia juga rajin ke candi / pura. Prestasi dibidang olah raga khususnya memanah juga hebat, dia adalah jawara di bidang ini, kecuali pernah dipermalukan sekali oleh pemanah bukan unggulan yaitu Palgunadi *). Di bidang seni juga berprestasi karena dia pandai menari bahkan pernah menjadi dosen tari. Pokonya paling lengkaplah. Sang wartawanpun hanya bisa manggut-manggut.
Kemudian sang wartawan menuju aula di mana masih banyak orang di sana dan bercerita tentang kemenangan Arjuna pada kompetisi ini. Berita ini membuat geger hadirin yang ada di situ, sebab mereka tahu bahwa pemenangnya adalah Karna dan Kunta telah diserahkan kepada Karna. Ketika Arjuna bertanya dengan sangat serius dan sempat mengancam mau membunuhnya jika bohong, sang wartawan sumpah-sumpah bahwa dia tidak bohong dan sanggup disambar geledek tujuh kali kalau ngibul.
Lalu Arjuna mendatangi Karna dan meminta senjata Kunta yang merupakan haknya tersebut. Tentu saja Karna menolak, maka terjadilah percekcokan yang berujung ke perkelahian. Ramai dan lama sekali mereka berkelahi. Berita inipun segerea menyebar ke seantero penjuru dan sampailah ke Narada. Narada kemudian menyadari bahwa telah memberikan Kunta ke orang yang salah, sungguh dia sangat menyesal dengan kejadian ini. Lha, dewa kok ya bisa salah melihat wajah seseorang dan salah memberikan benda yang sangat penting, berharga dan berbahaya itu. . . . . . nggak habis-habisnya dia menyalahkan diri sendiri, tentu di dalam hati saja.
Narada kemudia kembali ke depan aula tempat dua orang dengan wajah mirip sedang berkelahi. Pada saat itu Arjuna yang mau merampas paksa senjata Kunta berhasil memegang warangka / sarungnya, sementara Karna memegang gagangnya. Ketika Arjuna sekuat tenaga membetotnya, lepaslah Kunta dari sarungnya. Keduanya orang itu jatuh terjengkang ke belakang. Karna memegang kerisnya, sementara Arjuna mendapat sarungnya. Pada saat itu pula Narada datang dan memisah yang sedang berkelahi dan mengatakan bahwa kejadian ini 'sudah kehendak dewa', sebuah alasan sakti yang tidak akan dibantah oleh siapapun. Lalu Narada memerintahkan agar Karna tetap sebagai pemilik tombak Kuta dan Arjuna sebagai empunya sarungnya saja, walaupun katanya sarungnya juga tidak kalah ampuhnya dari senjatanya.
Sebagai penutup Narada berkata bahwa suatu saat nanti Kunta senjata dan sarungnya akan menyatu kembali ketika ada peristiwa 'curiga manjing warangka' **)
Widarto
*) Dalam cerita Palguna-Palgunadi.
**) Dalam kisah curiga manjing warangka tentunya